Jakarta, GPriority.com – Traveling ke Sumatera Barat wajib rasanya mengunjungi desa yang satu ini. Terletak di Lereng Gunung Marapi, tepatnya di Kecamatan Pariangan, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatra Barat, Nagari Pariangan berhasil membuat dunia kagum dengan keindahan yang dimiliki hingga pernah dinobatkan menjadi salah satu desa terindah di dunia oleh media asal New York, Amerika Serikat, Budget Travel pada tahun 2012.
Keindahan Nagari Pariangan mampu bersanding dengan desa lainnya di dunia, seperti Niagara on The Lake di Kanada, Cresky Krumlov di Republik Ceko, Wengen di Swiss, Shirakawa-go di Jepang, dan Eze di Prancis.
Nagari Pariangan berada di ketinggian sekitar 500-700 meter di atas permukaan laut membuat udara di desa ini begitu sejuk. Bukan cuma sejuk, tapi wilayahnya yang berada di pegunungan membuat panorama alam di Nagari Pariangan juga sangat indah.
Nagari Pariangan menawarkan pemandangan hijau hamparan sawah yang sangat subur dan pepohonan rimbun dengan latar Gunung Marapi.
Pemandangan Nagari Pariangan terasa semakin unik karena pengunjung akan melihat rumah-rumah Gadang khas Sumatera Barat dengan arsitektur yang klasik. Bangunan ini hanya dapat ditemukan di Desa Pariangan.
Rumah Gadang dibangun menggunakan anyaman bambu sebagai dindingnya, dengan ukiran kayu khas Minang. Hebatnya lagi, bangunan rumah Gadang ini tidak menggunakan paku untuk merekatkan tiang-tiangnya. Masyarakat sekitar pun mengenalnya dengan sebutan Rumah Bogonjong.
Dari sekian banyaknya Rumah Gadang yang ada, ada beberapa rumah gadang yang berusia ratusan tahun dan masih terawat dengan baik sehingga nilai estetik dan etiknya tidak memudar. Rumah-rumah tersebut adalah Balairung Sari Tabek atau Rumah Gadang Tertua di Minangkabau, Rumah Gadang Dt. Bandaro I, Rumah Gadang Dt. Rangkayo Sati, Masjid Tuo Pariangan, serta Monumen Api Porda.
Meski pemukiman penduduk di Nagari Pariangan tergolong padat, tapi rumah dibangun dengan bertingkat-tingkat mengikuti kontur atau pola dari lereng gunung sehingga terlihat rapi.
Namun, jika diperhatikan dengan cermat, tidak semua bangunan di desa ini menggunakan Rumah Bogonjong. Masjid Ishlah yang dibangun pada abad ke-19 menjadi daya tarik tersendiri dikarenakan bangunan ini sangat berbeda dari ciri khas bangunan di Nagari Pariangan
Bangunan masjid tertua yang dibangun seorang ulama terkemuka di Minang bernama Syekh Burhanuddin, memiliki keunikan dibandingkan bangunan di sekitarnya. Sebab, dari sekian banyak bangunan dengan arsitektur Rumah Gadang, Masjid Ishlah menjadi satu-satunya bangunan yang memiliki gaya arsitektur Dongson menyerupai kuil-kuil di Tibet.
Keunikan Masjid Ishlah tidak berhenti sampai di situ. Masjid Ishlah juga memiliki pancuran air panas langsung dari Gunung Merapi yang dianggap sebagai sebuah keberkahan bagi masyarakat Nagari Pariangan.
Pengunjung juga bisa menikmati pemandian air panas ini, yakni dengan datang ke Rangek Rajo, yaitu sebuah pemandian air panas yang dapat diakses oleh wisatawan yang berkunjung ke Nagari Pariangan.
Jika sudah bosan melihat pemandangan rumah-rumah penduduk dan ingin menikmati potensi wisata lainnya, wisatawan bisa menyusuri Sawah Gadang Satampang Baniah. Keberadaan sawah bersejarah ini yang menjadikan Nagari Pariangan juga menjadi desa pertanian pertama di Minang.
Sawah Gadang Satampang Baniah merupakan sawah pertama yang dibuka oleh leluhur masyarakat Minang, Datuk Tantajo Garhano. Karena begitu menghormati para leluhur dan menjunjung tinggi peninggalan sejarah, sepetak sawah di sana dijadikan situs peninggalan.
Bentuk penghormatan masyarakat Nagari Pariangan terhadap leluhur juga tampak pada makam Datuk Tantajo Garhano. Sebagai leluhur masyarakat minang, makam Datuk Tantajo Garhano juga merupakan situs sejarah di wilayah desa yang dirawat dengan sangat baik oleh warga setempat.
Makam Tantejo Guthano sendiri memiliki mitos unik dimana panjangnya tidak dapat diukur karena setiap dilakukan pengukuran hasilnya selalu berbeda-beda.
Jika wisatawan sedikit berjalan melewati pemukiman warga, sawah dan ladang serta aliran sungai Batang Bangkaweh yang jernih dan sejuk, wisatawan bisa menikmati jelajah alam Nagari Tuo Pariangan lewat trekking ke air Terjun Batang Bangkaweh.
Namun, jika pengunjung lebih suka berkumpul menikmati pemandangan desa, pengunjung bisa mencoba berkemah di Puncak Aro. Kawasan Puncak Aro menawarkan pemandangan menakjubkan dari puncak Gunung Marapi dan perkebunan kopi di ketinggian 1200 mdpl. Puncak Aro berada di pintu rimba yang membatasi kawasan perkampungan dan perladangan dengan hutan rimba.
Selain berwisata alam dan sejarah, pengunjung juga bisa melihat pembuatan berbagai jenis kerajinan tangan, mulai dari kerajinan kain seperti membuat Batik Tuo Nagari Pariangan hingga pandai besi tradisional untuk membuat alat-alat pertanian.
Bengkel pandai besi ini umumnya berlokasi di Jorong Guguak, perkampungan terdalam di Nagari Pariangan yang sekaligus juga menjadi tempat favorit untuk menikmati minuman kawa daun.
Jika tertarik berlibur ke Nagari Pariangan, lokasinya sekitar 95 kilometer dari utara Kota Padang, dan 35 kilometer dari Kota Bukittinggi. Desa ini menyediakan paket wisata yang mengkombinasikan sightseeing dengan story telling. Dan tentunya tersedia homestay-homestay bernuansa rumah khas Minang.
Berkat keindahan alam, kelestarian budaya, dan fasilitas penunjang yang memadai, Kemenparekraf menetapkan Nagari Pariangan sebagai salah satu dari 50 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022. (Vn)
Wisata Ke Nagari Pariangan, Desa Terindah Di Dunia
