Jakarta, GPriority.com – Tradisi wetonan adalah tradisi asli suku Jawa yang hingga kini masih banyak dilestarikan oleh masyarakatnya. Wetonan dapat dipahami sebagai peringatan hari lahir seseorang berdasarkan kalender Jawa.
Dalam kalender Jawa, satu pekan terdiri dari tujuh hari (Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, dan Minggu) dan lima hari dari pasaran Jawa (Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon).
Meskipun perayaan wetonan sama-sama merayakan hari ulang tahun seperti perayaan hari ulang tahun pada umumnya, tetapi kedua perayaan ini tetap berbeda. Wetonan hanya diperingati pada 35 hari sekali sesuai dengan putaran kalender Jawa, serta menyesuaikan hari lahir kalender Jawa (apakah orang itu lahir di hari Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon). Sedangkan ulang tahun biasa diperingati pada hitungan satu tahun sekali berdasarkan putaran kalender Masehi.
“Wetonan kaya misalkan kamu lahir Jumat Wage, nah tiap hari lahirnya kamu itu diadain wetonan. Tiap Jumat Wage,” kata Musringah memberikan contoh perayaan tradisi wetonan yang diwawancarai pada Jumat, 24 Juni 2022.
Meski saat ini sudah memasuki era modern, di Desa Maribaya, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah masih banyak masyarakat yang melakukan tradisi ini.
“Tapi itu ga boleh merujuk ke yang lain, tetep utamanya minta sama Gusti Allah setiap doa-doanya. Biar sehat, panjang umur, semuanya lancar,” timpal Miswan yang merupakan suami Musringah sekaligus sebagai masyarakat asli Desa Maribaya, Purbalingga, Jawa Tengah.
Memang pada dasarnya tujuan dari tradisi wetonan adalah sebagai bentuk ucapan rasa syukur atas nikmat dan rahmat-Nya sekaligus sebagai upaya permohonan doa agar sukses dan selalu dalam lindungan-Nya.
“Di Maribaya masih ada yang ngadain, jadi ngundang orang nih buat yasinan, tahlil, sedekah makan. Makan bareng-bareng gitu,” kata Miswan menjelaskan.
Ia juga menjelaskan bahwa dirinya sudah tidak melaksanakan tradisi sejak menetap di Jakarta, namun adik dan saudara-saudaranya di kampung masih terus melakukan tradisi ini secara berkala. (Gs)