Jakarta, GPriority.com – Begalan adalah tradisi masyarakat Jawa Tengah saat menggelar acara pesta pernikahan. Dilansir dari laman resmi Kementerian Keuangan RI, begalan berasal dari kata “begal” yang artinya perampokan.
Konon tradisi ini pertama kali diperkenalkan kepada masyarakat tahun 1850, era pemerintahan Bupati Banyumas XIV, Raden Adipati Tjokronegoro. Meski awal kemunculannya berasal dari Banyumas, tradisi ini rupanya juga berlaku di wilayah Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Tradisi yang berlaku di Purbalingga sama dengan yang berlaku di Banyumas. Mulai dari aturannya, tatacaranya, hingga properti serta makna properti.
“Begalan itu semacam tradisi hiburan nikahan di tempat perempuan. Saya taunya biasanya kalo yang nikah anak mbarep ketemu mbarep (anak tertua ketemu anak tertua),” ujar Musringah, ibu anak 3 asal Purbalingga yang kini tinggal di Jakarta.
Diketahui melalui laman Kementerian Keuangan RI bahwa acara tradisi begalan dilaksanakan di tempat calon pengantin perempuan dan yang dinikahkan adalah anak pertama dengan anak pertama, anak terakhir dengan anak terakhir, anak pertama dengan anak terakhir, dan anak pertama yang perempuan.
“Tradisinya masih ada sampai sekarang. Tapi ini bukan tradisi wajib, tergantung yang punya hajat. Kalau ga ada uangnya gapapa, gitu loh,” imbuhnya.
Masih dari sumber yang sama, proses tradisi ini diawali dengan munculnya penari yang berperan sebagai Gunareka dan Rekaguna yang memasuki tempat pernikahan. Gunareka adalah orang yang membawa berbagai perlengkapan yang dipikul, sedangkan Rekaguna adalah penari yang berperan sebagai rampok/begal.
Kemudian, keduanya bertemu dan melakukan tarian serta peperangan singkat. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, dalam prosesi adat ini, Gunareka dan Rekaguna menyampaikan berbagai pesan terkait tata krama yang berlaku di masyarakat serta memberikan wejangan-wejangan untuk kehidupan selanjutnya setelah berumahtangga. Dialog yang lucu dan menarik menjadikan tradisi ini sebagai hiburan bagi para tamu yang hadir.
“Diakhir begalan, tamu-tamu nanti berebutan ngambilin perabotan yang dipikul itu. Waktu itu aku dapet 3, dapet sutil (sodet), dapet saringan kelapa, ama dapet gelas yang ada angkanya satu, dua, tiga itu,” jelas Musringah. (Gs.Foto.Istimewa)