Jakarta, GPriority.com – Rasulullah SAW memiliki cucu yang tidak mendapatkan kain kafan dari Malaikat Jibril, yaitu Sayyidina Husain bin Ali bin Abi Thalib. Beliau tidak mendapatkannya karena Sayyidina Husain wafat dimedan perang dalam keadaan kepala terpenggal.
Kisah wafatnya Sayyidina Husain sudah disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Rasulullah saat turun ke bumi waktu Ummul Mukminin Sayyidah Khadijah Al-Kubro wafat. Ketika Jibril turun ke bumi, ia langsung menemui Rasulullah dengan mengucap salam dan membawakan 5 lembar kain kafan.
Rasulullah menjawab salam dari Jibril dan kemudian bertanya: “Untuk siapa kain kafan itu, ya Jibril?”
“Kafan ini untuk Khadijah, untuk engkau ya Rasulullah, untuk Fathimah, Ali dan Hasan,” jawab Jibril kemudian berhenti berkata dan tiba-tiba menangis.
Rasulullah bertanya, “Kenapa, ya Jibril?”
“Cucumu yang satu, Husain tidak memiliki kafan, dia akan dipenggal dan gugur syahid tanpa kafan dan tak dimandikan,” sahut Jibril.
Gugurnya Sayyidina Husain terjadi pada peritiwa perang di wilayah Karbala, tepatnya pada 10 Muharram 61 Hijriah. Peristiwa itu diingat sebagai Hari Asyura atau Peristiwa Karbala 10 Muharram.
Perang Karbala terjadi antara pasukan Husain bin Ali melawan pasukan Yazid bin Muawiyah dari Dinasti Umayyah. Perang yang melibatkan 72 orang yang terdiri dari banyaknya perempuan pada pasukan Husain dan 4.000 – 10.000 pasukan Yazid ini dilatarbelakangi oleh pergantian khalifah. Saat itu kursi kepemimpinan khalifah mengalami kekosongan setelah Khalifah Ali bin Abi Thalib dibunuh.
Kekosongan itulah yang dimanfaatkan oleh kaum lawannya yaitu Muawiyah I. Disaat yang sama, muslim di Kufah segera membaiat Hasan bin Ali sebagai khalifah selanjutnya. Karena ada dua pihak yang diajukan dan untuk menghindari terjadinya perebutan kekuasaan, maka dibuatlah Perjanjian Hasan-Muawiyah.
Dalam perjanjian tersebut ada isi yang mengatakan bila Muawiyah wafat lebih dulu, maka kursi khalifah akan diberikan pada Hasan. Namun Hasan yang lebih muda dari Muawiyah justru wafat lebih dulu karena dibunuh dengan racun. Karena hal tersebut, Perjanjian Hasan-Muawiyah dianggap batal oleh pihak Muawiyah.
Tak hanya menyatakan batal, Muawiyah justru berusaha putranya, Yazid menjadi khalifah dengan meminta semua pendukungnya bersumlah setia pada Yazid saat pemilihan khalifah.
Setelah menjadi khalifah, Yazid menuntut kesetiaan Husain bin Ali adik dari Hasan bin Ali. Selama masa pimpinan Yazid, banyak masyarakat yang tidak puas dengan pemerintahannya. Karena kritik tersebutlah Husain memanfaatkan peluang untuk merebut kursi kekhalifahan yang seharusnya bukan untuk Yazid. Hal inilah yang melatarbelakangi perang yang menewaskan Sayyidina Husain.
Saat mengetahui rencana Husain, Yazid lantas menyiapkan ribuan pasukannya dan memberikan kepercayaan untuk memimpin pasukan kepada sepupunya, Ubaidullah bin Ziyad. Pada perang tersebut, Yazid tidak ikut terlibat dimedan perang secara langsung.
Pertempuran tak terelakkan pun terjadi, hingga akhirnya Sayyidina Husein terpenggal di tangan prajurit Ubaidullah bernama Syamr bin Dziljausyan.
Itulah kisah Sayyidina Husain bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah SAW yang tidak mendapatkan kain kafan dari Malaikat Jibril. Kisah ini menjadi renungan bagi umat muslim hingga saat ini. (Gs)