Tabanan, Jembrana Dan Klungkung Lumbung Padinya Bali

Jakarta, GPriority.com – Provinsi Bali mampu memenuhi kebutuhan pangan beras secara mandiri. Hal ini disampaikan oleh Kasub Koordinator Kelembagaan Usaha Investasi dan Kelembagaan Provinsi Bali, Ir. Ketut Murtini ketika diwawancarai pada festival Gebyar Wisata Nusantara Expo yang berlangsung dari tanggal 1 – 3 Juli 2022 di JCC Senayan, Jakarta.

Pasokan pangan beras terbesar di Bali berasal dari Kabupaten Tabanan, Kabupaten Jembrana dan Kabupaten Klungkung. Selain 3 kabupaten tersebut, Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Buleleng turut menyumbang pasokan pangan beras Bali.

Menurut penuturan Ir. Ketut, hampir semua kabupaten di Bali memiliki sawah sehingga Bali tidak pernah kekurangan pasokan beras.

Untuk memenuhi kebutuhan pangan beras, setiap 3 bulan sekali beras didistribusikan dan dijual ke masyarakat. Salah satunya melalui pameran-pameran nasional, maupun pameran lokal yang sering diselenggarakan masing-masing kabupaten.

“Di Kantor saja kita jual 1 ton sehari, (waktu) kita adakan pameran.” Kata Ir. Ketut.

Ketahanan pangan beras Provinsi Bali tidak terlepas dari sistem sawah tradisional subak. Sistem subak merupakan bentuk sistem irigasi yang mampu mengakomodasikan dinamika sistem sosio-teknis masyarakat setempat. Sistem subak diatur oleh Organisasi Subak.

Sistem subak bekerja dengan membagikan air irigasi secara adil dan merata, melakukan penetapan dan penentuan waktu menanam maupun jenis padi yang ditanam bersama, serta segala masalah pertanian akan dipecahkan secara musyawarah.

Dengan sistem sawah ini, Bali mampu memenuhi kebutuhan beras untuk masyarakat lokal tanpa impor dari provinsi lain.

“Karena subak itu, kita mengikat. Mungkin dia (beras) akan misalnya dijual. Nah, itu yang menyebabkan berkurang. Mungkin sekian karung.” katanya.

Program pemkab setempat berupa pemberian bantuan pupuk turut berdampak positif terhadap hasil panen beras Bali agar selalu bagus.

Selain bantuan pupuk, pemkab di Bali juga memberikan subsidi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sawah petani untuk mengurangi biaya produksi panen beras.

“Karena pajak itu kan NJOP nya tinggi. Itulah yang di subsidi pemkab, sehingga walaupun ini (hasil panen sedang tidak bagus) mereka tetap bisa makan dan (beras) bisa dijual.” ungkap Ir. Ketut.

Untuk jumlah distribusi dan penjulan, Ir. Ketut mengatakan bahwa stok beras untuk dijual ke pengusaha-pengusaha beras minimal 6 ribu ton. Sebagai salah satu lumbung padinya Bali, ketika panen padi di Jembrana, beras tidak hanya diminati pengusaha setempat, namun juga datang dari Denpasar.

Selain pengusaha beras, produksi beras juga menggaet kemitraan dengan supermarket-supermarket di Bali.

Terkait panen beras merah,Ir. Ketut menjelaskan bahwa saat ini Desa Jatiluwih di Kabupaten Tabanan sedang dipersiapkan menjadi MPIG (Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis) untuk komoditas beras merah, yang kini lestari lewat aturan sistem subak.

Meski demikian, beras merah belum dapat diekspor karena produksinya dianggap masih kurang. Beras merah Bali baru mampu mencukupi kebutuhan pangan lokal.

Namun menurut Ir. Ketut hal ini berdampak baik pada pemenuhan pangan dan stabilitas harga. Diakuinya bahwa Bali tidak pernah memiliki masalah pangan seperti di daerah lainnya dan cenderung tidak pernah menaikkan harga kecuali ada desakan.(Vn)