Sorgum, Sumber Pangan Baru dan Solusi di Tengah Krisis Pangan Global

Jakarta, Gpriority.com – Tanaman yang bentuknya yang mirip tanaman jagung ini biasa dijumpai di Jawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Sorgum yang biasa disebut Jagung Gimbal di Bali dan Cantel di Jawa mendadak menjadi harapan sebagai solusi sebagai sumber pangan baru. Dengan perluasan budidaya sorgum diharapkan dapat mengurangi impor gandum dan jagung. Apalagi dunia tengah dihadapi krisis pangan, imbas perang Rusia-Ukraina.

Dalam kunjungan kerjanya ke Provinsi NTT pada awal Juni 2022, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan harapan untuk memperluas area lahan tanaman sorgum. Langkah tersebut dimaksudkan untuk ketergantungan impor gandum dan jagung sebagai sumber pangan. “Saya perintahkan kepada gubernur dan bupati untuk betul-betul memastikan berapa luasan lahan yang bisa dipakai untuk menanam sorgum sehingga kita tidak bergantung kepada gandum, tidak bergantung pada jagung dari impor,” tegasnya.

Dijelaskannya, lahan di Kabupaten Sumba pernah ditanami jagung, namun kurang produktif. Oleh sebab itu lahan dialihkan pada tanaman biji-bijian sorgum. “Kita akan perbesar tanaman sorgum ini di Provinsi NTT dengan harapan kita miliki alternatif pangan dalam rangka (mengatasi) krisis pangan dunia. Kalau kita ada berlebih, ada stok, justru ini yang akan kita ekspor,” imbuhnya. Sorgum dinilai menjadi alternatif sumber pangan selain beras dan jagung, guna menghadapi krisis pangan. Sebelumnya sejak pandemi Covid-19 merebak, Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (Food and Agriculture Organization/FAO) telah memperingatkan agar setiap negara memiliki rencana dalam menjaga kelancaran rantai pasok makanan demi mengantisipasi potensi krisis pangan.

Disisi lain, dampak perang antara Rusia dan Ukraina, pelan tapi pasti mulai terasa di berbagai belahan dunia. Harga makanan berbahan gandum menunjukkan kenaikkan di Eropa dan Timur Tengah. Sementara kenaikan harga minyak bumi juga turut memicu inflasi di berbagai negara. Indonesia harus mempersiapkan efek domino tersebut. Para ahli percaya perang kali ini menjadi alarm pentingnya kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan bagi suatu negara.

Sorgum diketahui memiliki tingkat produktivitas sekitar 5 ton per hektar (ha) per musim. Tanaman ini dikenal memiliki adaptasi yang luas pada berbagai agroekologi, pantai hingga pegunungan dan bisa tahan terhadap kekeringan. Menurut Litbang Pertanian, kebutuhan air sorgum hanya sedikit, separuh kebutuhan air jagung dan sepertiga kebutuhan air tebu. Disamping itu, tanaman sorgum juga tahan pada lahan marjinal seperti lahan masam, asin dan basa, dapat tumbuh pada tanah miring, dan lebih tahan hama penyakit. Tanaman ini mempunyai jenis daun yang berbentuk mirip seperti daun jagung, namun daun sorgum dilapisi oleh sejenis lilin yang berfungsi untuk menahan penguapan air dari dalam tubuh tanaman. Dalam sorgum terdapat rangkaian bunga yang berada pada bagian ujung tanaman yang kemudian bunga ini akan menjadi bulir-bulir sorgum. (PS)