Siapa Cindy Adams dan Hubungannya Dengan Soekarno?

Jakarta, GPriority.com – “Menjadi negara Indonesia. Ini adalah negeri yang begitu hebat, 17 ribu pulau, dikelilingi lautan, membentang begitu luas. Tanpa semangat untuk membangun negara, mustahil Indonesia bisa berdiri hingga sekarang.”

Itulah sepenggal pesan Bung Karno dalam dialognya dengan Cindy Adams, seorang jurnalis asal Amerika Serikat yang berhasil menulis autobiografi Soekarno.

Buku legendaris karya Cindy Adams Sukarno: An Autobiography as Told to Cindy Adams yang dalam versi terjemahannya berjudul Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia memang bukan satu-satunya buku yang menceritakan hidup Soekarno. Namun, buku ini begitu spesial karena kisahnya ditulis atas permintaan langsung dari presiden pertama RI itu.

Hal ini tentu mengejutkan banyak pihak di masa itu. Tidak hanya karena Soekarno dikenal ogah ditanya seputar kehidupan pribadinya oleh jurnalis. Namun karena kala itu hubungan Indonesia dengan Amerika Serikat sedang berada di titik terendah pasca AS ditinggal John F. Kennedy.

Soekarno diketahui tengah gencar-gencarnya menyuarakan anti imperalisme dan menolak segala bentuk bantuan dari pemerintah AS. Ia bahkan memilih untuk lebih bersahabat baik dengan Blok Timur. Bahkan rumor yang beredar, Cindy Adamas sendiri merupakan anggota Badan Intelijen Amerika (CIA) yang ditugaskan melaporkan aktivitas Soekarno dari dalam Istana.

Namun demikian, Adams sukses menarik perhatian Bung Karno hingga dirinya bersedia bekerjasama menggarap buku itu. Berkat kesuksesan bukunya, nama Cindy Adams semakin dikenal masyarakat Indonesia.

Cindy Adams lahir pada 24 April 1930, merupakan seorang kolumnis, penulis, hingga penyiar berita di berbagai media dan surat kabar Amerika Serikat. Di awal karirnya, Adams sering menulis tentang pengalamannya di surat kabar lokal. Sementara kisahnya dalam menulis buku Soekarni dimulai pada tahun 1961 ketika dirinya bertemu Presiden Soekarni di Istana Merdeka.

Kala itu, Adams yang datang ke Jakarta bersama suaminya, pelawak Joe Adams tengah bekerja untuk North American Newspaper Alliance. Ia ditugaskan ke Indonesia dalam Misi Kesenian Presiden Kennedy ke Asia Tenggara.

Selepas acara kunjungan tersebut berakhir, Cindy Adams bersama rombongan kembali ke AS. Dari situ, secara mengejutkan ia diundang Bung Karno melalui pesan Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat untuk menulis kisah hidupnya.

Berdasarkan berbagai sumber, ketertarikan Bung Karno pada sosok Cindy Adams disebabkan karena ia wanita yang cantik dan cerdas dengan humor menarik. Ia juga tidak suka memojokkan atau melukai orang yang diwawancarinya. Bagi Bung Karno tulisannya jujur dan simpatik terhadap Indonesia.

Proses penulisan buku Soekarno berlangsung dari tahun 1961 hingga 1964. Selama 3 tahun, Adams harus membagi hidupnya antara Jakarta dan New York. Proses penulisannya pun terbilang tidak mudah. Pasalnya, menjelang penerbitan otobiografi tersebut, Soekarno secara tiba-tiba menolak buku itu diterbitkan setelah membaca manuskripnya.

Hal ini disebabkan karena Soekarno tidak suka dengan model penulisan kalimat “saya”, sebagai kata ganti pertama. Sementara Bung Karo tidak ingin seakan-akan dirinya yang bercerita kepada pembaca. Disebutkan bahwa Soekrano menginginkan biografi bukan otobiografi.

Soekarno akhirnya melunak setelah Adams memberitahu karirnya menjadi taruhan jika penerbitan buku tersebut gagal. Maka, di hari itu juga Soekarno menandatangani surat persetujuan penerbitan buku otobiografinya. Buku Sukarno: An Autobiography as Told to Cindy Adams akhirnya diterbitkan pada 1965 oleh The Bobbs-Merrill Company Inc, New York. 

Dalam buku setebal 324 halaman itu, Cindy Adams berhasil membuka figur Soekarno. Tidak hanya soal kenegaraan dan segala hal yang berkenaannya, akan tetapi hingga ke ranah yang cukup personal. Karya itu sekaligus menjadi buku Cindy Adams yang paling laris di pasaran. (Vn.Foto.Istimewa)