Penyebab dan Cara Mengatasi Depresi Menurut Islam

Jakarta, GPriority.com– Depresi adalah kondisi penurunan suasana hati atau mood yang ditandai dengan perasaan sedih yang mendalam, putus harapan, dan kehilangan minat terhadap hal-hal yang disukai.

Di negara-negara mayoritas beragama Islam seperti Indonesia, orang yang mengalami depresi seringkali dikaitkan dengan faktor kurang iman. Stigma ini terkadang menjadi penyebab orang yang sedang depresi merasa enggan meminta bantuan.

Akibatnya, perasaan depresi yang dialami orang tersebut semakin parah dan memperburuk kehidupannya secara keseluruhan, maupun orang lain.

Padahal menurut mantan Ketua Komisi Dikbud MUI SU, Prof. DR.H.Ramli Abdul Wahid, MA stigma masyarakat bahwa depresi berarti kurang iman adalah sesuatu yang keliru.

Dalam Al-Qur’an terdapat beberapa istilah yang memiliki makna serupa dengan depresi, antara lain “huzn”, “ghamm”, “hamm”, dlaiq, dan “asaf”.

Kata “huzn” menurut al-Aşfahāni dalam Mufradāt al-Fāzhil Qur’ān adalah keadaan jiwa yang sedih, perasaan sedih karena tidak beruntung, kehilangan sesuatu yang disayangi, dan ketidakberdayaan. 

“Huzn” terkadang juga bisa berupa perasaan tidak senang dengan apa yang terjadi karena berbagai masalah yang dihadapi, sehingga membuat seseorang berada di bawah tekanan.

Kata “huzn” setidaknya disebutkan sebanyak 42 kali dalam Al-Qur’an, yang berarti Tuhan lah yang menciptakan dan menganugerahkan rasa sedih itu pada manusia.

Sementara itu, “Ghamm” adalah kesedihan yang meningkat berupa kecemasan ketika suatu peristiwa atau musibah terjadi. Sedangkan “Hamm” adalah tahap gangguan mental berupa pikiran negatif terus menerus tentang kemungkinan ancaman yang menimpa di masa depan dan bagaimana cara mengatasinya.

Baik huzn, ghamm, dan hamm tercantum dalam Al-Qur’an yang membuktikan bahwa Islam peduli pada masalah ini dan menganggapnya sebagai kondisi buruk yang harus segera ditangani.

Penyebab depresi menurut Islam berdasarkan buku Psikiater yang dikarang oleh Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, berjudul, Al Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, terdapat 10 stressor psikososial yang bisa memunculkan depresi, yakni:

1.Masalah perkawinan.
2.Persoalan dengan orang tua, termasuk hubungan tidak baik dengan mertua atau ipar.
3.Hubungan antar personal yang tidak baik.
4.Masalah karena pekerjaan.
5.Buruknya kondisi lingkungan dan tetangga.
6.Masalah keuangan.
7.Terlibat masalah hukum.
8.Faktor biologis terkait perkembangan manusia.
9.Penyakit atau cedera fisik.
10.Masalah keluarga.

Cara Mengatasi Depresi Menurut Islam
Islam melalui firman Allah SWT dalam Al-Qur’an telah memberikan saran kepada manusia untuk mengatasi depresi. Dalam Al-Asyra ayat 6-7, Allah SWT menjamin setiap permasalahan pasti akan ada solusinya.

Artinya “karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (QS Al-Asyra: 6-7)

1.Bersabar dan meneguhkan hati bahwa Allah SWT adalah maha kuasa atas cobaan dan ujian serta pemberi jalan keluar.

2.Berdoa agar Allah segera mengangkat masalah yang dihadapi dan memulihkan kesehatan mentalnya. Adapun doa yang bisa dipanjatkan ketika mengalami depresi terdapat dalam Al-Quran surat Ar Rad, ayat 28:

“Alladziina aamanuu watathmainnu quluubuhum bi dzikrillaahi alaa bi dzikrillaahi tathmainnul quluubu.”

Artinya: ” (Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”

3.Mengikuti petunjuk dari Allah SWT. Petunjuk ini di antaranya adalah ayat-ayat Allah yang terdapat dalam Al-Qur’an.

4.Selalu bersikap optimis karena Allah SWT, dalam surat Al-Imran: 93 melarang umatnya untuk bersikap lemah.

Artinya: “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS Ali Imran: 139)

5.Senantiasa bersyukur kepada Allah SWT. Dalam Surat Fatir ayat 94 menjelaskan bahwa Allah lah yang menghilangkan rasa duka cita. Sehingga sudah sepatutnya manusia memohon ampun dan bersyukur kepada-Nya. (Vn)