Paling Beda, Batik Hitam Putih Simbol Kesederhanaan & Keseimbangan

Jakarta, GPriority.com – Disamping motifnya, batik biasanya identik dengan warna-warna yang beraneka ragam dan mencolok. Namun tidak demikian dengan batik yang satu ini.

Mengusung konsep batik berwarna hitam putih, stan batik milik Bapak Deyoule tampil mencuri perhatian pada Pameran Wasiat Agung Negeri Nusantara (WARISAN) 2022 yang diselenggarakan di JCC Senayan, Kamis (24/08).

Menurut Bapak Deyule, konsep desain hitam putih dipilih agar terlihat berbeda dari yang lain.

“Hitam putih itu karena mau cari yang lain aja sebetulnya. Kalau teman-teman kan sudah main di warna semua kan,” ungkap Bapak Deyoule saat menjelaskan tentang usaha batiknya pada Pameran WARISAN 2022, Kamis (24/08).

Selain itu, menurutnya warna hitam dan putih mengandung filosofi kesederhanaan dan mudah diingat. Meski desain batik terdiri dari dua warna saja, yakni hitam dan putih (sederhana), namun desain itu justru akan lebih mudah diingat, karena warna yang digunakan kontras dibandingkan warna batik pada umumnya. Batik ini juga melambangkan spirit of balance.

 “Kemudian yang kedua itu spirit of balance. Jadi keseimbangan. Jadi PD (percaya diri) saja pakai hitam-putih gitu. Dibandingkan dengan yang lainnya kita PD (percaya diri) saja.

Untuk motifnya sendiri, Bapak Deyoule mengaku terinspirasi dari daerah tempat tinggalnya, yakni di Gedang Asri, Kabupaten Semarang. Oleh karena itu, sebagian besar motif pada produk-produk batiknya bergambar daun pisang.

Menurutnya pohon pisang mengandung filosofi berkesinambungan. Filosofi ini diambil dari karakter pohon pisang yang merupakan tanaman dengan pertumbuhan tergolong cepat dan bisa tumbuh dimana saja. Meski satu pohon mati atau ditebang akan muncul tunas yang baru. Inilah yang dimaksud Bapak Deyoule dengan berkesinambungan.

Sementara itu, produk batik yang dipamerkan sangat beragam. Mulai dari batik yang masih berupa kain hingga pakaian batik dengan berbagai model dan desain. Teknik pembuatannya pun terbagi menjadi 3, ada yang menggunakan cap atau yang biasa disebut batik cap, batik tulis, dan batik kombinasi cap dan tulis.

Pada batik kombinasi cap dan tulis biasanya teknik tulis digunakan untuk menggambar motif latar, sedangkan teknik cap untuk membuat gambar utamanya. Misalnya pada batik bermotif daun pisang dengan latar ornamen bunga-bunga kecil. Teknik tulis digunakan terlebih dulu untuk menggambar ornamen bunga, selanjutnya ditambahkan gambar daun pisang menggunakan cap.

Sedangkan untuk batik tulis, seluruh motif digambar secara manual menggunakan canting dan malam panas. Satu batik tulis membutuhkan proses sekitar satu bulan mulai dari menggambar pola hingga selesai.

Selain karena menggambar motif membutuhkan kehati-hatian, produk-produk batik Bapak Deyoule selalu dilapisi prada atau warna keemasan dalam bentuk lapisan pada warna utama motif batik.

Namun pada batik ini, prada yang digunakan tidak berwarna emas, melainkan perak untuk tetap menjaga keserasian dengan warna hitam dan putih. Menurut Bapak Deyoule, penambahan prada ini dilakukan untuk membuat batik terlihat semakin exclusive dan memberi tampilan mengkilap pada motifnya.

Sampai saat ini pewarnaan masih menggunakan warna sintetis karena sulitnya menemukan warna alami yang memberi hasil sesuai keinginan pasar.

“Kita warnanya sementara ini menggunakan warna sintetis karena untuk warna alam tidak bisa. Selama ini belum ada yang menemukan warna alam yang sesuai itu. Warna batik tidak bisa hitam pekat nanti. Jadi warnanya agak ke abu-abu nanti.”

“Karena orang-orang sekarang konotasinya cenderung hitam itu harus hitam pekat. Kalau hitamnya kurang pekat, mereka akan tanya, wah kok seperti ini. Padahal itu pakainya warna alami. Kita sudah pernah coba pakai warna alami, tapi nyatanya banyak yang tidak suka dengan hasilnya.”

Meski belum pernah memasarkan produknya ke luar negeri secara resmi, namun produk-produk batik Bapak Deyoule sudah bisa ditemukan di beberapa negara di Eropas seperti di Moskow, Rusia dan Denmark. (Vn)