Pahami Perilaku Impulsif dan Penyebabnya

Jakarta, GPriority.com – Perilaku impulsif masih jarang dikenali oleh masyarakat, padahal perilaku ini dimiliki oleh tiap manusia meski hanya sesekali. Perilaku impulsif adalah kondisi seseorang melakukan suatu tindakan tanpa memikirkan konsekuensinya.

Melansir dari hellosehat, perilaku impulsif ini sering dialami oleh anak-anak dan remaja. Sebenarnya tindak impulsif merupakan bagian dari insting manusia yang saat kondisi tertentu membutuhkan respon cepat.

Kondisi mendesak yang memantik tindak impulsif memang sesekali terjadi, namun bila hal itu terjadi berulang kali maka akan berdampak pada hal negatif. Bahkan tidak menutup kemungkinan ada masalah gangguan mental yang membuat tindak implusif tersebut sering terjadi.

Penyebab dari perilaku belum dapat diketahui secara pasti, sebab perilaku ini juga tergolong bagian dari insting manusia. Namun jika sering terjadi perilaku impulsif, maka hal ini baru bisa dikatakan sebagai gangguan psikologis. Dalam konteks ini, ada beberapa penyebab ganguan psikologis yang membuat seseorang melakukan perilaku impulsif seperti BPD (borderline personality disorder), ADHD (attention deficit hyperactivity disorder), bipolar, kleptomania, dan penyakit parkinson.

Perilaku implusif bukan hanya dalam konteks kekerasan saja, tetapi juga konteks kehidupan sehari-hari yang jarang dikenali seperti memiliki kecenderungan menghambur-hamburkan uang untuk barang yang tidak perlu. Maka dari itu, pentingnya mengenal kondisi implusif menjadi salah satu cara untuk mencegah perilaku implusif menjadi negatif yang dapat merugikan. Berikut adalah contoh perilaku implusif yang dirangkum dari berbagai sumber:

  1. Menghambur-hamburkan uang untuk sesuatu yang tidak terlalu diperlukan.
  2. Berbicara tanpa memedulikan baik atau buruknya perkataan tersebut.
  3. Mengambil secara paksa sesuatu tanpa perlu meminta izin.
  4. Mudah marah dan merusak barang ketika marah.
  5. Menyakiti diri sendiri saat emosi tidak stabil.

Sikap impulsif bukan hal yang harus mendapatkan perhatian khusus jika tidak terjadi terus-menerus atau menimbulkan efek negatif bagi diri sendiri dan orang lain. Bila hal tersebut terjadi, tidak ada salahnya Anda menemui psikolog untuk melakukan terapi. Terapi yang dimaksud adalah CBT atau Cognitive Behavioral Therapy untuk mendapatkan solusi dari perilaku implusif yang mungkin saja sedang Anda alami. (Gs)