Jakarta,GPriority.co.id-Indonesia dikenal sebagai negara maritim yang memiliki banyak ikan. Namun jika ditangkap terus dan tidak dikelola dengan baik maka ikan yang ada di Indonesia akan habis.
Inilah yang disadari betul oleh Kementerian Perdagangan dan juga PT.Cilacap Samudera Fishing Tbk (Asha) dengan memanfaatkan implementasi teknologi termutakhir akuakultur di Indonesia yang dibuat oleh perusahaan asal Norwegia bernama Norwegian Engineers and Architects AS (NAS).
Dalam kesepakatan itu, Perseroan berharap dapat mengadopsi teknologi terbaru yang dikembangkan Norwegian Engineers and Architects AS (NAS) untuk meningkatkan produktivitas perikanan demi memenuhi permintaan perikanan.
“Kami sengaja bekerjasama dengan pihak NAS karena mereka sudah terdepan dalam hal teknologi budidaya perikanan. Seperti yang kita ketahui, di Indonesia terkenal dengan salmon norwey, akan tetapi, kita tidak bisa membudidayakannya di negara tropis. Meskipun demikian, kita dapat mengadopsi teknologi Norwegia untuk mengembangkan budidaya ikan di negara tropis,” tutur William.
Dalam implementasinya, perusahaan asal Norwegia ini akan mengirim para ahli untuk melakukan feasibility studies terkait akuakultur di Indonesia. Lebih detail, para peneliti akan menerapkan akuakultur dengan system closed-loop, yaitu system pembudidayaan komoditas perikanan di darat dengan metode ruang tertutup.
William menegaskan, “Dengan menerapkan (closed-loop) system ini, bio-security dapat dikontrol. Berbeda dengan budidaya di lepas pantai yang jauh lebih riskan mengingat banyak faktor eksternal yang tidak dapat kita kontrol.”
Langkah ini juga jauh dianggap ramah lingkungan karena limbah sisa budidaya (bio-waste) dapat dikontrol sehingga mengurangi pencemaran lingkungan.
Kajian tersebut rencananya akan dilakukan di daerah Lombok di atas lahan seluas 30 hektar. Area ini sengaja dipilih mengingat sanitasi air di wilayah tersebut masih bersih serta jauh dari lingkungan pabrik. Dengan adanya perlakuan tersebut, Perseroan berharap dapat menghasilkan ikan berkualitas tinggi dengan jumlah produktivitas yang besar.
Dalam acara penandatangan kesepakatan ini, Presiden Direktur PT CSFI Tbk, William Sutioso, menyatakan nilai kerja sama ini diprediksi menyentuh angka US$80 juta di mana 85% dana pengembangannya diperoleh dari soft loan yang disediakan pemerintah Norwegia.
William berharap pengadopsian teknologi NAS dapat mengurangi hambatan proses budidaya perikanan dari segi infrastruktur. Adapun komoditas yang akan dibudidayakan, yakni udang vaname, ikan baramundi, dan lobster.
Sebagai representatif dari Norwegian Engineers and Architects AS di Indonesia, Widya Utama, mengatakan, “Dengan menggunakan teknologi NAS untuk sektor perikanan, Indonesia bisa menjadi role model dalam budidaya ikan yang berkualitas. Hal ini sejalan dengan harapan Bank Dunia agar Indonesia dapat memenuhi kebutuhan komoditas perikanan di seluruh dunia.”(Hs.Foto.Hs)