Jakarta, Gpriority.com– Dalam kunjungan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno ke Pontianak beberapa hari yang lalu, dia mengaku terkesima dengan sensasi menyulut meriam karbit dan suara dentuman yang dihasilkannya.
Meriam karbit merupakan permainan rakyat yang menjadi tradisi setiap bulan Ramadhan dan malam Idulfitri di Kota Pontianak. Meski awalnya meriam karbit difungsikan sebagai alat strategis mengecoh penjajah pada masa perang karena bunyi meriam yang keras membuat pihak musuh mengira rakyat Pontianak memiliki persenjataan yang sangat hebat. Sekarang tradisi ini sudah dijadikan festival tahunan di di Pontianak.
Meriam tersebut terbuat dari kayu mabang atau meranti dengan ukuran diameter antara 50 – 70 centimeter dan panjang kisaran 5 hingga 6 meter. Untuk membunyikannya, dibutuhkan bahan bakar berupa karbit. Kemudian terdapat lubang pada bagian meriam untuk tempat menyulutkan api hingga menghasilkan bunyi yang menggelegar.
Karena ukurannya yang sangat besar, Meriam Karbit tidak bisa dimainkan disembarang tempat. Oleh karena itu, warga biasanya akan berkumpul di Sungai Kapuas untuk melihat Meriam Karbit dibunyikan. Sementara beberapa orang yang bertugas membunyikannya akan membawa Meriam Karbit ke tepi sungai.
Untuk menghasilkan sebuah meriam karbit dengan kualitas yang baik, setidaknya dibutuhkan tiga sampai empat hari hingga siap untuk dimainkan atau dibunyikan.
Sebelum membunyikannya, pertama lubang pada moncong meriam karbit harus ditutup. Penutupan tersebut biasanya dilakukan dengan kertas koran bekas.
Selanjutnya meriam diisi air dilanjutkan dengan mengisi karbit. Takaran dalam mengisi karbit bervariasi, mulai dari 2 hingga 4 ons, tergantung dari besar diameter sebuah meriam karbit.
Setelah meriam diisi karbit dan air, lubang yang ada, termasuk lubang untuk menyulut meriam juga ditutup dengan kertas koran. Untuk menghasilkan suara yang maksimal, meriam karbit didiamkan selama 7 hingga 8 menit.
Pengecekan meriam perlu dilakukan sesekali untuk memastikan meriam siap disulut. Ketika meriam dipastikan siap dibunyikan, lubang untuk menyulut dibuka dan disulut dengan api obor hingga terdengar dentuman yang keras.
Dentuman meriam yang menggelegar itu dihasilkan dari karbit yang dipakai sebagai bahan bakar. Karbit yang dipersiapkan bisa mencapai 150 sampai 200 kilogram. Idealnya sebuah meriam membutuhkan bahan bakar karbit sebanyak seperempat kilogram karbit untuk menghasilkan bunyi yang besar.
Saat ini, terdapat sekitar 40 komunitas pemain meriam karbit. Sebagian besar komunitas tersebut berada di Wilayah Pontianak Timur, Selatan dan Tenggara, terutama mereka yang bermukim di tepian Sungai Kapuas. Permainan tradisional yang sudah lama ada ini merupakan salah satu aset yang dimiliki Kota Pontianak dan merupakan satu-satunya yang memiliki meriam karbit sebesar itu di dunia.
Oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Meriam Karbit ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) pada tahun 2016. (Vn)