Menerbangkan Layang – Layang Tertua di Dunia di Festival Kaghati

Jakarta, GPriority.com– Layang-layang tradisional suku Muna atau biasa disebut Kaghati Kolope oleh masyarakat setempat berhasil masuk dalam kalendar Kharisma Event Nusantara (KEN) 2022 yang rencananya akan digelar pada bulan Juni tahun ini di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara.

Setelah melewati proses kurasi tahap I dan tahap II, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menetapkan Festival Kaghati Kolope di Muna layak masuk dalam agenda KEN 2022.

Layang-layang tradisional dari Pulau Muna dipercaya sebagai peninggalan bersejarah laying-layang tertua di dunia yang usianya diperkirakan sudah 4.000 tahun. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian Wolfgang Bieck, seorang pecinta dan ahli layang-layang berkebangsaan Jerman, yang melihat lukisan gambar seorang pria sedang menerbangkan layang-layang pada dinding Gua Sugi Patani di Desa Liangkobori.

Gambar di dinding gua tersebut telah ada sejak zaman Epi-paleolitik yaitu sekitar 9.000-9.500 SM. Temuan ini sekaligus mematahkan klaim jika layang-layang pertama berasal dari China

Kaghati memiliki perbedaan jika dibandingkan layangan biasa. Layang-layang ini terbuat dari daun kolope (umbi hutan) yang telah mengiring sebagai bahan utama layarnya, kulit bambu untuk rangka, dan serat nanas hutan yang sudah dipintal menjadi tali.

Seluruh bahan diolah secara alami hingga menjadi layangan yang tahan air. Lembaran daun kolope yang telah dikeringkan lalu dipotong ujungnya. Satu per satu daun itu dijahit dengan menggunakan lidi dari bambu sebagai rangka layangan dan talinya dijalin dari serat nanas.

Hal unik lainnya dari layang-layang tradisional ini adalah kaghati memiliki dua sisi yang dinamai kamumu. Kamumu adalah bagian yang membuat kaghati menghasilkan bunyi saat diterbangkan. Bunyi yang dikeluarkan juga bisa disesuaikan dengan keinginan pembuatnya, sehingga meski diterbangkan pada malam hari, kaghati tetap bisa dikenali oleh si pemilik dari suaranya.

Membuat kaghati tidaklah mudah, saat ini hanya segelintir orang di Kabupaten Muna yang mampu membuat kaghati. Karena sebab itulah Dispar Muna bersama Kemenparekraf berusaha melestarikan dan mencegah peninggalan budaya ini dari kepunahan lewat penyelenggaraan Festival Kaghati.

Apalagi kaghati kolope sudah berulang kali menjuarai Festival Layang-Layang Internasional dan membuat Pulau Muna terkenal di dunia. Salah satu kemenangan layang-layang ini dalam event internasional yang membuka sejarah kaghati terjadi dalam festival layang-layang internasional di Prancis pada 1997. Melalui festival inilah, Wolfgang Bieck pertama kali tertarik pada kaghati hingga membuatnya datang ke Pulau Muna dan menemukan lukisan gua tersebut.

Masyarakat Pulau Muna biasanya menerbangkan kaghati setelah panen raya, sekitar bulan Juni hingga September. Sebab, pada bulan-bulan itu angin timur sedang bertiup kencang.

Festival Kaghati Kolope diharapkan bisa menjadi ajang kolaborasi dan inovasi bagi komunitas budaya, pelaku industri pariwisata dan ekonomi kreatif serta pemerintah untuk mempromosikan kekayaan tradisi, kekayaan budaya, peninggalan bersejarah dan kekayaan alam di Muna. (Vn)