Kenali Efek Termogenik Setelah Makan Daging Kambing

Jakarta, GPriority.com – Menjelang Idul Adha, beragam olahan daging kambing akan menjadi sajian utama setiap hari di rumah. Namun, mengonsumsi hidangan daging kambing setalah Idul Adha sering menimbulkan kekhawatiran bagi banyak orang, terutama pengidap darah tinggi.

Masyarakat percaya bahwa daging kambing dapat memicu penyakit darah tinggi. Faktanya, anggapan ini tidak terbukti secara ilmiah.

Pada umumnya, daging merah memang memiliki kandungan lemak jenuh yang tinggi sehingga bisa meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Namun sebaliknya, pada daging kambing kandungan lemak dan kolesterolnya merupakan yang paling rendah

Daging kambing dalam jumlah yang sama, menghasilkan kalori paling sedikit dibandingkan daging ayam, sapi, babi, dan domba. Seporsi daging kambing hanya memiliki 2,6 gram lemak. Sementara daging sapi dan daging ayam masing-masing mengandung 7,9 dan 6,3 gram lemak.

Meski kandungan lemak dan kolesterol daging kambing menjadi yang paling rendah, namun proteinnya setara dengan daging merah lainnya. Sehingga anggapan makan daging kambing menyebabkan darah tinggi hanyalah mitos. Sebaliknya, daging kambing dianggap paling sehat di antara daging merah lainnya.

Dikutip dari website Kementerian Kesehatan, mitos daging kambing menyebabkan darah tinggi diduga berasal dari efek termogenik setelah mengonsumsi daging kambing. Efek ini sering disalahpahami sebagai gejala darah tinggi. Padahal, efek termogenik adalah efek panas yang dihasilkan dari metabolisme suatu bahan makanan dalam tubuh sehingga memberi sensasi hangat.

Daging kambing memang memberikan efek termogenik yang lebih tinggi dari daging merah lainnya. Sehingga efek hangat ini terkesan sebagai tekanan darah yang langsung melonjak naik.

Alih-alih disebabkan oleh daging kambing, pemicu darah tinggi sebenarnya berasal dari kandungan garam berlebih pada olahan daging kambing.

Garam (NaCl) mengandung unsur Natrium atau Sodium (Na), yakni elektrolit yang berfungsi mengatur air di dalam tubuh. Natrium dalam jumlah besar berarti semakin banyak air yang disimpan dalam pembuluh darah, inilah yang menyebabkan tekanan darah meningkat.

Dalam satu sendok teh (5 gram) garam, terkandung Natrium sebanyak 2 gram. Sementara pada olahan daging kambing, tidak hanya terdapat garam, adapula MSG dan kecap yang juga mengandung garam.

Pernyataan di atas juga sesuai dengan hasil penelitian dari Asian-Australasian Journal of Animal Sciences yang menyatakan, mengonsumsi daging kambing dalam jangka waktu yang lama tidak menyebabkan peningkatan tekanan darah.

Namun, kebanyakan makan daging kambing yang dimasak dengan kandungan garam tinggi dalam waktu yang lama, mampu memicu peningkatan tekanan darah dan penurunan fungsi ginjal. 

Selain menggunakan garam secara berlebihan, mengolah daging kambing dengan cara digoreng menggunakan minyak jenuh juga dapat berkontribusi terhadap resiko penyakit kardiovaskular. Penyakit ini menyebabkan pembuluh darah menjadi kaku dan dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah.

Meski tidak memicu darah tinggi, namun tidak disarankan mengonsumsi daging kambing secara berlebihan. Sebab, efek makan daging kambing berlebihan menyebabkan ginjal bekerja terlalu keras serta kadar lemak dalam tubuh akan meningkat, yang dapat menyebabkan pusing ataupun mual. (Vn)