Kenalan dengan Tradisi Adu Betis “Mallanca”

Jakarta, GPriority.com – Indonesia memang selalu punya tradisi unik dalam merayakan momen-momen penting. Begitu pula yang dilakukan masyarakat di Sulawesi Selatan.

Untuk mengakhiri masa panen raya setiap tahun sekaligus bentuk ucapan syukur, masyarakat Bugis, Makassar, dan Toraja melakukan tradisi Adu Betis atau lebih dikenal dengan Mallanca.

Mallanca berasal dari kata lanca yaitu menyepak dan menggunakan tulang kering yang sasaranya adalah ganca-ganca atau bagian kaki diatas tumit. Permainan ini dilakukan oleh sekumpulan pria.

Di Kecamatan Moncongloe, Bone, Sulawesi Selatan. Tradisi ini diselenggarakan di makam Gallarang Moncongloe, leluhur desa Moncongloe yang merupakan paman dari Raja Gowa, Sultan Alauddin. Sebelum tradisi berlangsung, diadakan acara makan besar.

Kumpulan pria ini kemudian akan dibagi ke dalam dua tim yang terdiri dari dua anggota di setiap tim. Dimana, dua orang menjadi penendang, sementara dua orang lainnya memasang kuda-kuda untuk memastikan tidak jatuh saat betisnya di hantam kaki lawan.

Permainan dilakukan di dalam sebuah lingkaran besar. Dua pemain yang akan ditendang betisnya akan memasang kuda-kuda. Sedangkan satu pria yang lain akan berusaha menendang betis dua pria tadi sekuatnya.

Biasanya permainan ini berlangsung selama empat jam. Tradisi ini bukan sebuah kompetisi sehingga tidak memiliki pemenang. Tradisi ini hanya bertujuan mengetahui kekuatan setiap pemain, serta untuk mengingat jasa leluhur yang telah menjaga kerajaan Bone.

Tradisi Mallanca hanya dilakukan satu tahun sekali karena sawah di Moncongloe hanya panen setahun sekali. Di bulan ini pula, masyarakat Bone sekaligus merayakan hari kemerdekaan Indonesia yang jatuh pada tanggal 17 Agustus. (Vn)