Jakarta, GPriority.com – Kampung Tobati di Distrik Jayapura Selatan merupakan salah satu desa wisata di Papua yang memiliki keunikan tersendiri. Nama Tobati diambil dari kata tab yang berarti matahari dan badic (naik atau terbit).
Suku Tobati yang mendiami kampung tersebut memiliki kepercayaan pada leluhur mereka bahwa orang-orang tua masa lalu menyatu dengan alam dan matahari dianggap sebagai Tete Manis atau Yang Maha Kuasa. Kampung ini seringkali disebut-sebut mirip dengan Bora-Bora di Polinesia yang sangat tersohor.
Di Kampung Tobati terdapat sebuah tradisi unik, dimana perempuan memegang peranan penting dalam merawat lingkungan, termasuk hutan bakau dengan sumber daya hayati yang melimpah. Karenanya perempuan Kampung Tobati memiliki sebuah hutan adat yang dikhusukan bagi perempuan atau lebih dikenal dengan sebutan Hutan Perempuan. Hutan ini juga menjadi bagian adat dari perempuan Kampung Enggros.
Hutan Perempuan sebenarnya adalah nama hutan bakau yang keberadaannya tidak bisa dipisahkan dari perempuan Enggros dan Tobati. Letaknya di Teluk Youtefa, Jayapura, Papua. Hutan ini adalah kawasan bakau yang dirawat oleh perempuan dengan kearifan lokal secara turun-temurun.
Sesuai namanya, Hutan Perempuan hanya boleh dimasuki oleh perempuan, sedangkan kaum laki-laki dilarang memasukinya. Jika ada kaum lelaki yang berani datang ke hutan ketika ada perempuan di dalamnya, mereka harus membayar denda adat berupa manik-manik atau barang berharga semacam mas kawin bagi warga Tobati yang harganya mahal.
Di hutan ini, perempuan tidak hanya mendayung perahu mengikuti aliran sungai di sepanjang hutan bakau. Biasanya para perempuan akan mencari bia kodok, siput, dan kerang untuk makanan sehari-hari keluarga dan untuk dijual. Menurut warga setempat, ada sekitar 114 jenis kerang di wilayah ini dan yang paling banyak adalah kerang Bia Nor yang juga menjadi kuliner khasi Tobati. Ukuran kerangnya lebih besar dan memiliki kulit yang lebih lunak.
Uniknya lagi, saat pencarian kerang, perempuan harus melepaskan pakaian mereka alias tanpa busana. Di hutan ini, para perempuan juga bebas untuk mencurahkan isi hati satu sama lain, menceritakan masalah yang dihadapi atau nostalgia masa lalu, tanpa khawatir ada orang luar yang mendengar.
Hutan Perempuan boleh dimasuki perempuan yang sudah menikah maupun yang belum menikah, namun hutan ini dikhusukan hanya untuk masyarakat setempat atau perempuan dari luar daerah yang telah menikah dengan masyarakat setempat.
Tradisi mengunjungi hutan bakau dalam bahasa setempat disebut tontowiyat. Tonto berarti hutan bakau dan wiyat berarti ajakan. Kawasan bakau di Kampung Tobati juga dijadikan sebagai tujuan ekowisata pertama di Jayapura.
Selain Hutan Perempuan, Kampung Tobati sebagai salah satu desa wisata peraih 50 besar ADWI 2022 juga menjadi sebuah kawasan di Papua yang menawarkan beragam daya tarik wisata. Berada tidak jauh dari Hutan Perempuan, yakni di Taman Wisata Alam Teluk Youtefa terdapat pula Lapangan Timbul Tenggelam yang akan tertutupi air saat pasang dan kembali muncul ketika air surut. Pada saat muncul, pengunjung bisa berjalan-jalan dan berkegiatan di area pantai. Dari sana, juga ada Pulau Metu Debi yang menjadi destinasi wisata rohani, sejarah, dan alam.
Selain itu, ketika memasuki Kampung Tobati, pengunjung akan akan melihat bangunan rumah yang terdiri dari tiga golongan, yaitu rumah permanen, semi permanen, dan temporer. Ketiga rumah tersebut digolongkan berdasarkan komposisi bangunan rumah. Adapula bangunan rumah adat Kariwari, berbentuk limas dengan tinggi 20-30 meter. Rumah Kariwari dulunya berfungsi sebagai kantor kepala adat. Sedangkan untuk tempat tinggal, ada rumah adat Sway dengan bentuk yang hampir serupa.
Tidak hanya peninggalan budaya, di Kampung Tobati juga terdapat benda-benda peninggalan megalitikum yang tersimpan di Situs Prasejarah Gunung Srobu. Peninggalan sejarah tersebut, diantaranya ada menhir, dolmen, punden berundak, batu temugelang, dan struktur batu bekas pemukiman. Banyak pula ditemuakan fragmen gerabah dan cangkang kerang di beberapa titik.
Balai Arkeologi Papua juga menemukan beberapa arca peninggalan manusia prasejarah. Arca berukir motif manusia ditemukan di areal pemakaman. Penemuan arca tersebut menunjukkan peradaban yang sangat tinggi pada masanya.
Sementara, bagi pengunjung yang menyukai wisata pantai dapat berkunjung ke Pantai Hamadi. Di sana ada beberapa objek wisata yang bisa dikunjungi, seperti wisata Tanjung Marine, Tanjung Kaswari, Gunung Mher, Tanjung Vim, Tanjung Resyuk, dan masih banyak lagi. (Vn)