Jakarta, GPriority.com – Puasa dalam Islam merupakan ibadah yang sangat baik dan mendatangkan banyak pahala. Meskipun begitu, ada beberapa hari yang diharamkan bagi umat Islam untuk berpuasa atau yang disebut Hari Tasyrik.
Hari Tasyrik adalah hari umat Islam merayakan kemenangan dengan makan dan minum serta mengingat dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Hari Tasyrik juga disebut hari Nahar atau hari menyembelih sehingga umat Islam dilarang untuk berpuasa namun bisa menggantinya dengan berkurban.
Hari Tasyrik dalam bulan Dzulhijjah dilaksanakan selama tiga hari setelah hari raya Idul Adha, yakni pada tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah. Seperti diketahui, di Indonesia hari raya Idul Adha telah ditetapkan jatuh pada 10 Juli 2022. Artinya, pada tanggal 11, 12, hingga 13 Juli 2022 menjadi hari yang diharamkan berpuasa karena merupakan Hari Tasyrik.
Larangan puasa ini disebutkan dalam sebuah hadits riwayat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
“Hari-hari tasyrik adalah hari makan dan minum,” (HR. Muslim no.1141).
Sedangkan dalam Musnad Ahmad:
“Dari Abdullah bin Hudzafah sesungguhnya Nabi Muhammad menyuruhnya untuk mengumumkan di Hari Tasyrik bahwa hari-hari itu merupakan hari makan minum.” (HR. Ahmad).
Dengan demikian diharamkan berpuasa pada hari-hari tersebut karena masih satu rangkaian dengan hari raya Idhul Adha. Ditegaskan pula bahwa hari-hari tersebut merupakan hari makan dan minum. Artinya, umat Islam diharuskan untuk menikmati makan dan minum dan berbagi daging kurban.
Pengharaman puasa Hari Tasyrik dikecualikan bagi yang berhaji dengan mengambil manasik tamattu’ dan qiron lalu tidak mendapati hadyu (hewan kurban yang disembelih di tanah haram), maka ketika itu boleh berpuasa pada Hari Tasyrik.
Dari Ibnu ‘Umar dan ‘Aisyah berkata,
“Tidak diberi keringanan di Hari Tasyrik untuk berpuasa kecuali jika tidak didapati hewan hadyu.” (HR. Bukhari no. 1998).
Meskipun dilarang berpuasa pada Hari Tasyrik, namun hari-hari itu memiliki banyak keistimewaan. Umat Islam juga masih dapat melakukan amalan-amalan lain, diantaranya memperbanyak doa dan dzikir. Sebab, Hari Tasyrik merupakan hari dijabahnya do’a, seperti dalam firman Allah SWT:
Dan berdzikirlah dengan menyebut nama Allah pada hari yang berbilang. (QS. Al baqarah: 203).
Ibnu Abbas mengatakan, yang dimaksud dengan hari-hari yang berbilang adalah hari-hari Tasyrik (menjemur dendeng), juga dikenal dengan sebutan hari-hari yang telah diketahui, yaitu hari belasan.
Umat Islam juga diperintahkan untuk memperbanyak syukur nikmat. Bersyukur kepada Allah SWT bermacam – macam bentuknya. Merayakan Idul Adha dengan makan dan minum merupakan salah satu bentuk rasa syukur atas nikmat yang Allah berikan. Karenanya, mengikuti Hari Tasyrik tidak hanya taat dan patuh pada perintah Allah SWT, namun juga telah melakukan amalan-amalan baik.
Disarankan selama Hari Tasyrik agar manusia senantiasa meningkatkan taat dan takwa kepada Allah. Menurut ulama, hal itu memiliki nilai mendekati taat dan takwa para nabi yang luar biasa.
Terakhir, amalan dilakukan dengan berkurban. Kurban sifatnya sunnah namun sangat dianjurkan bagi yang mampu. Umat muslim masih diperbolehkan menunaikan kurban yang tidak sempat dilakukan pada hari raya Idul Adha di hari pertama, 10 Dzulhijjah. (Vn.Foto.Istimewa)