Jakarta,GPriority.com– Beberapa waktu lalu, sejumlah perusahaan rintisan atau startup memutuskan untuk memangkas pengeluaran mereka dengan melakukan PHK sebagai ‘nyawa tambahan’. Namun, tidak sedikit pula yang memilih untuk bubar karena gagal mempertahankan bisnisnya.
Kondisi ini sangat kontras dengan apa yang terjadi tahun lalu, di mana banyak investor yang bersedia untuk memberikan dana segar kepada perusahaan rintisan ini. Berdasarkan data dari CB Insight, 70% perusahaan startup yang berbasis teknologi harus gulung tikar setelah menerima penggalangan dana pertama atau setelah 20 bulan merintis.
Meski beberapa perusahaan rintisan yang bangkrut ini mendapat modal besar dengan US$ 100 juta atau sekitar Rp 1,45 triliun, namun nyatanya persaingan bisnis selalu saling sikut. Berikut sejumlah perusahaan rintisan yang hampir bubar dan PHK karyawan besar-besaran:
1.Pahamify
Yang paling baru adalah perusahaan startup education technology (edtech) Pahamify. Perusahaan ini melakukan PHK karyawan demi optimalisasi bisnis. CEO atau Co-Founder Pahamify, Syarif Rousyan Fikri mengatakan bahwa PHK dilakukan demi keberlangsungan bisnis usaha.
“Setelah mengevaluasi bisnis, kami telah memutuskan untuk mengoptimalkan proses bisnis, yang mengharuskan kami berpisah dengan beberapa karyawan terbaik,” ungkap CEO Pahamify, Syarif Rousyan Fikri dalam keterangan resminya, Jumat lalu (3/6/2022).
2.Zenius
Zenius kabarnya telah melakukan PHK terhadap 200 karyawannya. Perubahan model bisnis dan dampak ekonomi menjadi alasan startup besutan Sabda PS ini melepas ratusan karyawannya.
3.LinkAja
Startup plat merah, LinkAja, sudah melakukan PHK massal terhadap ratusan karyawannya. Manajemen LinkAja menjelaskan bahwa PHK harus dilakukan agar perusahaan tumbuh sehat, optimal, dan positif.
4.Fabelio
Jauh sebelum LinkAja dan Zenius, startup di bidang furniture Fabelio juga melakukan hal serupa. Startup ini bahkan kabarnya memaksa puluhan karyawannya mengundurkan diri jika ingin memperoleh bayaran penuh.
5.Tanihub
Tanihub merupakan perusahaan startup pertanian yang belakangan mulai mencuri perhatian. Sayangnya, perusahaan ini tidak berumur panjang, Tanihub juga melakukan PHK massal setelah dua gerainya di Bandung dan Bali ditutup.
6.Uang Teman
Nasib karyawan yang di-PHK oleh startup fintech landing Uang Teman sejak 2020 lalu dikabarkan masih terkatung-katung. Selain hak atas gaji, perusahaan dikabarkan belum membayarkan tanggungan BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan.
7.JD.ID
Penyedia layanan belanja daring atau e-commerce JD.ID juga mengambil langkah PHK terhadap karyawannya. Langkah ini dilakukan demi mempertahankan eksistensi perusahaan dengan kondisi pasar Indonesia.
8.MPL
Startup game asal India, Mobile Premier League (MPL) menyatakan pamit dari Indonesia usai mem-PHK 100 orang karyawannya. MPL baru saja ditetapkan dalam kelompok Unicorn pada September 2021 lalu.
9.Katera
Pembubaran Katera menandai gagalnya SoftBank ‘bertaruh’ sejak IPO WeWork 2019. Perusahaan ini memiliki total dana dari para investor senilai US$ 1,5 miliar, yang gagal mengembalikan keuntungan tersebut dalam beberapa bulan terakhir. (Hn.Foto.Istimewa)