Jakarta, Gpriority.com – Sejak berdiri tahun 1983, PT Pindad telah memproduksi berbagai jenis senjata mulai dari senjata laras panjang, senjata genggam dan amunisi. Salah satu produksi PT Pindad adalah senjata laras panjang yang dinamai Senapan Serbu (SS). SS yang terdiri dari berbagai varian telah diekspor ke banyak negara dan memiliki prestasi tersendiri.
SS1 adalah varian pertama produksi PT Pindad yang diadopsi dari FN FNC (Fabrique Nationale Carabine) produksi Belgia. Perlu diketahui, Indonesia menjadi negara pertama yang mengadopsi FNC. Ketika itu di tahun 1982, Indonesia membeli 10.000 senapan untuk militernya. Pemerintah Indonesia kemudian mendapat lisesnsi untuk memproduksi FN FNC secara lokal melalui PT Pindad. Varian pertama dikenal sebagai Pindad SS1 dan varian kedua yang kini mulai jadi senapan serbu standar TNI adalah Pindad SS2.
SS2 mempunyai desain yang lebih ergonomis dan tahan terhadap kelembaban tinggi. Varian ini juga lebih ringan dengan akurasi yang lebih baik dari senjata serbu sebelumnya. Berat kosong SS2 adalah 3,1 kg dan menggunakan peluru kaliber 5.56 x 45 mm standar NATO. SS2 diklaim dapat menembak tepat sasaran dengan jarak maksimal 500 meter.
Klaim ini dibuktikan dengan keikutsertaan personil TNI dalam lomba menembak internasional dan selalu keluar menjadi juara. Menurut PT Pindad, dalam gelaran AASAM (Australian Army Skill at Arms Meeting) dan AARM (ASEAN Armies Rifle Meet) senjata ini telah meraih 11 kali kemenangan. Bahkan dalam keikutsertaan AASAM tahun 2015 tim dari Amerika dan Australia sempat meminta senjata yang digunakan penembak TNI AD dibongkar di tengah lomba. Permintaan itu didasari kecurigaan mereka karena Indonesia kerap memenangkan berbagai kategori lomba di AASAM. Indonesia sendiri ketika itu mengalahkan tuan rumah Australia dan Amerika yang masing-masing harus puas di posisi dua dan tiga.
Pada ajang yang lain, yakni saat uji setting senjata atau zeroing dalam rangkaian Latihan Rim of Pacific (RIMPAC) di Kaneohe Bay Marine Corps Base, Hawaii, Honolulu, Amerika Serikat tahun 2016, varian SS1 milik Marinir TNI AL bahkan mampu menjebol rompi antipeluru milik United State Marines Corps (USMC). Kemampuan ini membuat kaget militer dari berbagai negara yang hadir, pasalnya jenis senjata seperti Steyr dan M4 saja tak mampu membuat jebol rompi tersebut. Sementara rompi antipeluru milik USMC diketahui memiliki plat baja yang tak biasa ukurannya. Akibatnya banyak perwakilan militer berbagai negara yang menjajal kemampuan SS1 Marinir TNI AL.
Soal ujicoba, satuan Elite US Army 82nd Airborn Division pun pernah menjajal ketangguhan varian SS2 Pindad. Selama ini keluarga SS Pindad diketahui telah masuk ke pasar Asia Tenggara dan Asia Tengah. Kamboja, Mali, Nigeria dan Uni Emirat Arab merupakan pengguna SS1 Pindad. Menariknya, dalam kunjungan ke Uni Emirat Arab (UEA), Menteri Pertahanan Prabowo Subianto pernah memberi cendera mata varian SS2 V5 kepada Pangeran Mohamed bin Zayed (MBZ) yang berukir nama anak Sultan UEA tersebut.
Selain dalam ajang menembak, kemampuan keluarga SS Pindad sudah teruji di medan tempur sesungguhnya atau istilahnya ‘Battle Proven.’ Dimana terjadi konflik dalam negeri seperti di Timor Timur, Aceh hingga Papua keluarga SS Pindad yang digunakan TNI kerap terlibat. Belakangan dalam konflik Rusia-Ukraina, ‘Nenek Moyang’ keluarga SS yaitu FN FNC juga sudah terlibat. Dikutip dari Army Recognition pada 27 Februari 2022 Belgia telah sepakat memasok 3.000 FN FNC ke Ukraina. Belgia sendiri kini telah beralih menggunakan FN SCAR. Selain Indonesia yang mendapatkan lisensi FN FNC adalah Swedia dengan turunannya bernama AK-5 pada 1986 yang diproduksi oleh Bofors Carl Gustaf. (PS/dbs)